Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya dan sejarah. Tidak jarang hal-hal unik menyertai lahirnya sesuatu. Tak terkecuali dengan penamaan beberapa desa/dusun yang ada di Kabupaten Gresik. Setidaknya sudah ada lebih dari 20 desa/dusun yang sudah kami laporkan asal usul nama yang disandang. Soal kebenaran Wallahu A’lam.
Nah, kali ini kami ajak Anda mengenal lebih jauh dusun yang ada di Menganti. Dusun tersebut masuk wilayah Desa Boteng. Namanya Dusun Kecipik. Bagaimana ceritanya kok dusun ini memiliki nama yang tergolong unik? Ternyata, berdasarkan pitutur setidaknya ada tiga versi mengapa dusun yang berbatasan dengan Desa Domas (sebelah selatan).
Menurut versi yang pertama, asal mula nama kecipik ini erat kaitannya dengan kondisi yang pernah dialami pada masa lampau yakni kekeringan teramat sangat. Berbagai usaha sudah dilakukan (semisal menggali sumur) guna mendapatkan air namun hasilnya nihil. Tidak ada yang nyumber alias tidak menghasilkan air. Salah satu cara terakhir yang dilakukan yakni melakukan ritual khusus dengan cara menancapkan kayu yang menjadi cikal bakal keluarnya sumber air. Ritual dilakukan di dua tempat yakni utara dan selatan. Ndilalah ketika kayu dicabut maka keluarlah air yang gemericik. Alangkah senangnya warga mendengar berita tersebut sehingga tanpa sadar mereka menirukan suara air yang gemiricik dengan bunyi “kecipik, kecipik, kecipik...”.
Karena dusun ini belum bernama, kata “kecipik” yang akhirnya dipilih. Tambahan info, Ternyata sumber air itu membesar hingga menjelma menjadi telaga. Dua telaga itu ada di bagian utara dan selatan desa. Telaga kembar itu juga dinamai Telaga Kecipik. Telaga sebelah utara digunakan sebagai pemandian para perempuan dan di sebelah selatan untuk kaum adam. Namun seiring perkembangan zaman, keberadaan dua telaga itu sudah berubah fungsi. Bahkan yang sebelah selatan diuruk karena lahanya untuk membangun masjid dan TPQ.
Versi kedua, Dusun Kecipik erat kaitannya dengan nama tumbuhan sayur kecipir. Konon di dusun ini dulunya sangat subur dan banyak tanaman. Salah satunya yakni kecipir yang biasa dibaca dengan “Cipik”. Kecipir, Cipir, Cipir hingga kecipik sampai akhirnya dusun itu dikenal dengan nama Dusun Kecipik.
Versi ketiga masih serupa dengan yang pertama yakni kekeringan yang melanda sehingga warga kesulitan menanam tanaman pokok sebagai sumber makanan. Suatu waktu ada tokoh setempat mengajak warga menaman umbi-umbian yang hanya memerlukan debit air sedikit yakni singkong dan ketela rambat. Dua jenis umbian itupun diolah menjadi keripik. Maka kemudian desa ini dikenal sebagai penghasil keripik. Dari kata ini kemudian lahirlah istilah kecipik.
Mana yang benar? Tentu susah untuk dibuktikan. Yang pasti di dusun itu kini hiduplah warga yang terkenal rukun dan damai. Dusun itu bernama Kecipik.
(diolah dari buku “Sang Gresik Bercerita”)