Showing posts with label opini. Show all posts
Showing posts with label opini. Show all posts

29 October 2017

Antara Kok dan Mak | Ragam Bahasa dan Dialek Jawa Timur

Antara Kok dan Mak | Ragam Bahasa dan Dialek Jawa Timur

Bahasa tidak pernah mati selama ada penuturnya. Bahkan bahasa yang masih dituturkan akan terus tumbuh dan berkembang. Penutur bahasa akan terus memproduksi istilah. Istilah-istilah yang muncul itu dipengaruhi oleh latar para penuturnya.

Perkembangan istilah sebuah bahasa juga dipengaruhi oleh bahasa lain. Hal ini pasti muncul dalam ragam bahasa yang digunakan oleh masyarakat bahasa dwibahasawan bahkan multibahasawan. Salah satu yang mencolok adalah ragam bahasa di Jawa Timur.


Jawa Timur adalahs salah satu provinsi besar di Indonesia yang merupakan masyarakat multibahasa. Ada dua bahasa daerah yang penuturnya menyebar dan banyak digunakan di Jawa Timur. Yaitu bahasa Jawa dan bahasa Madura.

Keduanya bahasa madura dan bahasa Jawa di Jawa Timur saling memengaruhi ketika digunakan oleh para penuturnya. Bahasa Madura dan Bahasa Jawa juga memengaruhi penggunaan bahasa Indonesia, bahkan di kalangan terdidik, di kalangan mahasiswa di perguruan tinggi.

Salah satu yang menjadi miniatur Jawa Timur adalah Jember. Khususnya Universitas Jember karena penutur bahasa si Universitas yang biasa disebut unej ini berasal dari berbagai latar belakang bahasa yang sama-sama kuat pengaruhnya dalam penuturan dan komunikasi antar-mahasiswa.

Universitas Jember menjadi tempat belajar mahasiswa yang berasal dari daerah tapal kuda, jadi sebagian besar mahasiswa berasal dari Jember dan sekitarnya. Dari Probolinggo, Lumajang, Jember, Banyuwangi, Bondowoso, dan Situbondo.

Situbondo, Bondowoso adalah pemasok utama mahasiswa yang berlatar belakang bahasa Madura. Jember, Lumajang, Probolinggo biasanya setengah madura dan setengahnya lagi jawa. Sementara mahasiswa yang berasal dari Banyuwangi lebih banyak yang berbahasa Jawa dan sebagian lagi berbahasa Osing.

Maka dari itu, bahasa Indoensia di Jember juga banyak dipengaruhi oleh bahasa Madura. Salah satunya ada ungkapan begini:

Beh ini, mak gitu.

Ungkapan di atas menjadi tidak asing bagi penutur bahasa Indonesia yang ada di Jember (mungkin juga penutur bahasa Indonesia dengan bahasa Ibu bahasa Madura). Bagi penutur bahasa Indonesia yang tidak mengerti bahasa Madura akan kesulitan. Terlebih jika menganggap bahwa ungkapan itu dipengaruhi oleh bahasa Jawa. Bisa sangat kacau.

Susunan Beh ini, mak gitu merupakan pengindonesiaan yang tidak sempurna dari ungkapan bahasa Madura beh riya, mak deiyeh. 

Ungkapan bahasa Madura tersebut jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan sempurna (menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar) maka menjadi Mengapa kamu begitu? atau dalam ragam bahasa percakapan sama artinya dengan kok gitu sih!.

Sebuah pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban. Merupakan sebuah ungkapan keheranan.

Jadi, mak dalam bahasa madura sama dengan kok dalam bahasa Jawa dalam beberapa kasus. Namun, tidak sepenuhnya sama. Misalnya ungkapan

Mak gitu kamu ini. 

Dipengaruhi bahasa Madura yang artinya kurang lebih Mengapa kamu begitu.

sama artinya dengan

Kok gitu kamu ini. 

Tapi, dalam bahasa Jawa ada ungkapan

enggak kok

kata 'kok' dalam ungkapan di atas memiliki arti penegas. Dalam bahasa Arab disebut taukid yang bertujuan memperkuat maksud.

Akan tetapi bentuk enggak kok dalam bahasa Jawa tidak bisa diterjemahkan ke dalam bahasa madura enten mak. atau enggak mak. 

Jadi, kok  bisa jadi mak tapi kok tidak selamanya mak. Begitu pun sebaliknya. Masih bingun? Silahkan main dan tinggal di Jember. Pasti paham perbedaannya. 

14 October 2017

Arti Jenitri Ganitri (Genitri) dan Mitos serta Faktanya

Arti Jenitri Ganitri (Genitri) dan Mitos serta Faktanya

Tulisan ini saya buat karena ada tetangga yang menawarkan sebuah obat langka dan berkhasiat. Kata langka dan berkhasiat adalah kata yang digunakan oleh tetangga tersebut. Memang, orang tua sedang sakit, jadi wajar saja jika ada yang menawarkan obat langka dan berkhasiat untuk bapak kepada saya.

Obat itu disebut genitri, dalam istilah lain disebut juga ganitri, jenitri, rudraksha,  bahasa latinnya adalah Elaeocarpus Ganitrus. Tentu saya tahu istilah ini dari penelusuran mendalam melalui mesin pencari google. 


Ketika pertama kali saya mencari dengan kata kunci jenitri yang muncul adalah blog kesehatan yang muncul 'numpang' domain ke blogspot. Sama juga dengan blog ini. Masih numpang. Karena masih numpang itulah kredibilitas (karena ini tentang kesehatan) informasi tersebut tidak dapat diterima sepenuhnya. Lalu bagaimana blog ini? Silahkan pembaca yang menilai. Hehehehe.

Menurut saya, informasi yang berkaitan dengan kesehatan, apalagi dibumbui dengan nominal harga yang fantastis, maka perlu dikonfirmasi melalui sumber yang kredibel. Kalau sekadar contoh pantun dan arti bahasa, saya rasa blog yang numpang di blogspot semaca ini masih bisa dipercaya. Cie membela diri.

Pada dasarnya saya termasuk orang yang sangat anti pada hoaks, bukan sekadar tidak percaya, tapi saya mau bersusah-susah untuk mencari informasi valid tentang sebuah berita hoaks kemudian menangkal informasi hoaks tersebut kemudian menyebar informasi valid kepada teman yang menyebar informasi hoaks.

Nah, saya posisikan jenitri dan nama lainnya tersebut sebagai 'terduga hoaks'. Maka saya mencari informasi yang cukup mendalam. Dalam beberapa blog yang muncul ketika saya menulis kata kunci jenitri, adalah blog yang 'miskin' informasi. Isinya sama, tentang manfaat yang sangat uwow!, hasil penelitian profesor India, dan jenis-jenis jenitri. Jelas saja, saya tidak langsung percaya.

Untuk mencari bandingan, saya gunakan kata kunci 'Ganitri Wikipedia' maka yang muncul adalah penjelasan 'Ganitri' dalam wikipedia berbahasa Indonesia. Dalam wikipedia berbahasa Indonesia, ditulis 'Jenitri'. Penjelasannya sangat terbatas:

Jenitri (Elaeocarpus ganitrus) adalah pohon yang termasuk suku Elaeocarpaceae. Buahnya berwarna ungu dengan biji yang cukup besar dan biasa digunakan sebagai manik-manik penyusun perhiasan. Kayunya memiliki nilai ekonomi tinggi. -- Wikipedia Bahasa Indonesia

Meskipun ensiklopedia bebas, setidaknya informasi dalam wikipedia lebih bisa diandalkan dari pada blog abal-abal.

Karena informasi yang sangat terbatas, maka saya gunakan kata kunci nama latinnya dan dipadukan dengan wikipedia. Maka yang ditawarkan oleh google adalah informasi dari wikipedia berbahasa inggris. Dalam wikipedia berbahasa Inggris tersebut, terdapat informasi tentang ganitri yang lebih lengkap.

Arti Kata

Dalam wikipedia berbahasa Inggris, dijelaskan berkaitan dengan nama Ganitri. Ditemukan di India, di daerah aliran sungai Gangga yang bersumber dari pegunungan Himalaya. Karena ditemukan di India, maka istilah yang digunakan untuk menyebut biji ini juga berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu rudraksha. Secara etimologis, rudraksha berasal dari dua akar kata yaitu rudra dan aksha. Rudra merujuk pada Siwa (shiva). Sementara kata aksha berarti tear drops. Jadi secara sederhana, rudraksha alias ganitri, jenitri, janitri, bisa disebut sebagai air mata dewa Siwa. 

Sementara kata ganitri adalah penyebutan spesies tumbuhan ini yang terdapat di Nepal, Melayu, dan Sunda. Berarti, tidak hanya ditemukan di India. Ganitri dan Jenitri ini juga ditemukan di sepanjang asia selatan hingga asia tenggara dan melanesia (papua) dan Australia.

Penamaan rudraksha berkaitan erat dengan tradisi dan agama yang ada di India. Jadi, buah ini dipercaya sebagai air mata dewa Siwa.

Untuk lebih lengkapnya, silahkan baca sendiri pengertiannya di Elaeocarpus Ganitrus di Wikipedia ini.

Hasil Penelitian Saya tentang Ganitri

Tentu yang saya maksud dengan hasil penelitian adalah hasil pengamatan dan pencarian informasi dari google. Saya pikir ini juga hasil pengamatan, saya kan mengamati informasi dari google, tapi hasil pengamatan saya tentang ganitri, bukanlah hasil pengamatan atau hasil penelitian yang ilmiah.

Banyak tulisan di blog yang menyebut, 'berdasarkan penelitan Dr. Suhas Roy'. Nah setelah saya teliti, dan cari ternyata Suhas Roy adalah tidak ada di Benaras Hindu University. Saya kombinasikan beberapa kata kunci yang berkaitan dengan keduanya. Tidak bisa saya temukan. Apalagi ketika saya tulis, jenitri, atau rudraksha. yang muncul justru blog Indonesia.

Apakah Khasiat Genitri ini hoaks? Saya masih belum bisa menyimpulkan ke situ. Tapi, berdasarkan jurnal riset yang saya baca Lihat di sini dan di sini 

Ganitri memang memiliki kandungan senyawa kimia yang bermanfaat bagi tubuh manusi. Tapi sekali lagi peneliti dalam jurnal online yang saya temukan tersebut bukanlah Dr Suhas Roy apalagi Dr Sanjoy Roy.

Tambahan

Tambahan lagi, ternyata Gantiri itu bukan barang langka, karena banyak yang menawarkan di media. Bahkan ada yang jual di lazada, berbentuk tasbih dan aksesoris. Bisa dicicil pula di lazada. Dan, akhirnya saya tidak jadi beli dari tetangga.

20 April 2012

Pendidikan Karakter Ala Anak Kampung: Membuat Mainan Sendiri

Apakah mainan dalam gambar di atas adalah mobil?

Gambar tersebut diambil di dusun Mangaran Desa Sukamakmur Kec Ajung, Jember. Sebuah mainan yang sangat sederhana. Terbuat dari lapisan pohon pisang (debog dalam bahasa Jawa) sebagai badan mobil. Silinder terbuat dari ranting pohon bambu dan roda terbuat dari kayu yang berbentuk silinder.

Apa istimewanya mainan tersebut?
Dari segi desain, kekuatan dan daya jual sama sekali tidak ada.
Karena hanya terbuat dari debog maka usia maksimal mainan tersebut mungkin hanya dua hari. 
Pada hari ketiga badan mobil tersebut pasti sudah layu kemudian mengering.
Mobil-mobilan tersebut hanya bisa ditarik ke sana ke mari tanpa bisa dinaiki. Karena memang sangat sederhana.

Tapi, mobil-mobilan tersebut lebih istimewa dibanding mobil-mobilan produksi pabrik-pabrik. Kenapa? Karena merupakan hasil kreasi dan usaha anak-anak. Mobilnya memang tidak istimewa tapi proses memiliki mobil-mobilan itu sangat istimewa.

Untuk memiliki mobil tersebut, seorang anak harus berusaha. Mulai dari mengumpulkan bahan (kayu, pohon pisang, ranting bambu), kemudian merangkai, memotong, mengukur, melubangi sedemikian hingga sampai menjadi bentuk demikian. Proses membuatnya telah menjadi permainan yang mengasyikkan. Ini masih belum memainkan sudah merasa bahagia. Kalau sudah jadi dan siap dimainkan bersama teman-teman maka kebanggaan akan muncul. Ini mobil buatan sendiri.

Berbeda dengan mainan yang dijual di toko-toko. Usaha yang dilakukan seorang anak sangat mudah. Tinggal merengek bahkan menjerit-jerit jika perlu untuk minta dibelikan kepada orang tua.
Membuat mainan adalah salah satu pendidikan karakter yang hebat! Bagaimana harus berusaha, bagaimana berkreasi dan bagaimana berhemat. Jadi, karakter anak kampung seharusnya lebih mantap karena hampir semua mainan yang dimiliki harus membuat/dibuatkan (oleh orang tua). Setidaknya dengan mengetahui proses pembuatannya, seorang anak akan mengerti bagaimana pentingnya bekerja dan berusaha.

Dalam arti yang lebih luas, dengan membuat mainan sendiri meskipun bentuknya sangat jelek sekalipun. Lebih berguna karena mendidik anak untuk menjadi pembuat bukan sekedar pemakai. Jika ingin maju, anak Indonesia harus membuat mainan sendiri jangan hanya menjadi konsumen! Indonesia pasti bisa!

26 September 2010

Ramada(h)an Masih Menyisahkan Masalah



Penulisan yang Benar antara Ramadhan, Ramdan, dan Ramadlan


Ketika bulan Ramadan memasuki detik-detik penghabisan. Memasuki minggu terakhir, sering kita dengar orang (ustaz-ustaz) baik dadakan yang hanya berdinas selama Ramadan dan paling banter sampai riyoyo kupatan maupun yang konsisten menjadi ustaz sepanjang tahun, berkata, kita layak sedih karena bulan yang penuh berkah akan segera berakhir, karena masih belum tentu lagi kita akan bertemu lagi dengan makhluk yang bernama Ramadan di tahun depan, bahkan ada yang berkata mengatakan orang saleh menangis jika Ramadan akan berakhir.

Bukannya tidak percaya terhadap perkataan para ustaz (baik yang dadakan maupun yang konsisten), saya percaya seratus persen bahwa orang yang saleh akan merasa sedih jika Ramadan akan berakhir. Karena saya tidak merasa
sedih jika harus meninggalkan Ramadan, dapat disimpulkan bahwa saya bukan termasuk dalam golongan saleh. Menurut saya, para ustaz pun (khususnya yang dadakan) juga tidak merasa sedih ketika menyambut Syawal dan meninggalkan Ramadan. Buktinya mereka (juga segala bentuk media) berkata ‘mari kita sambut kemenangan’, ‘kita telah kembali fitri (suci)’, ‘kita harus bersyukur telah melalui bulan Ramadan’ dan sebagainya, dan sebagainya. Saya hanya berkata dalam hati, menang mbahmu!! Suci mbahmu!! Awalnya berkata, sedih jika Ramadan berlalu. Begitu lebaran tiba, eh, malah bersuka cita.

Pengecualian untuk anak kecil, tentu mereka akan senang. Karena pada saat lebaran memakai baju baru, mendapat sangu dari sanak saudara serta banyak makanan yang bisa dimakan tanpa harus membeli. Eenaknyee…. Begitu juga dengan saya. Saya sangat senang jika Ramadan berakhir, bukan karena saya membenci bulan kesembilan Hijriyah ini, tapi karena tidak perlu lagi melihat serigala berbulu domba. Tak perlu lagi melihat orang memakai jilbab pura-pura, kopyah pura-pura dan sorban pura-pura dan pura-pura yang lainnya.
Semua kembali tampak aslinya, era ke-TERBUKA-an. Jadi dengan mudah bisa dibedakan, mana yang benar-benar baik dan menutupi yang seharusnya ditutupi, dan mana yang menutupi hanya untuk mencari sensasi di bulan yang suci (jadi, apakah bulan selain Ramadan tidak suci alias najis??) yang lebih penting lagi tidak perlu melihat anggota dewan dan para pembesar lainnya berbuka puasa bersama. Saya ragu, mereka iku apa ya bisa berpuasa? Lha wong kerjanya makan uang rakyat.
***
Apakah orang berbuat baik di Ramadan salah? Oh, tentu tidak. Samasekali tidak salah. Justru orang yang tidak berbuat baik di bulan ini yang salah. Ada perbuatan ‘baik’ yang aneh yang saya jumpai pada Ramadan kemarin. Ada sebuah spanduk yang bertuliskan ‘Selamat Menunaikan Ibadah Puasa’, mengucapkan ‘selamat’ berarti mendoakan orang yang berpuasa, tentu ini perbuatan baik. Tapi anehnya, spanduk tersebut justru digunakan sebagai penutup PKL (Pedagang Kaki Lima) yang menjual makanan di tengah hari di depan gedung DPRD Kabupaten Jember. Aneh binti ajaib. Sehingga spanduk itu dapat dimakanai: selamat bagi Anda yang mengerjakan puasa, biarlah saya didalam sini tidak selamat karena tidak berpuasa.

Lalu apa masalahnya? Masalah yang sebenarnya kita hadapi setelah Ramadan adalah kesulitan kita untuk tetap menjalankan kebaikan yang kita lakukan selama Ramadan, meminjam istilah A.S. Laksana (kolumnis Jawa Pos), menjaga tetap memiliki ‘perilaku puasa’ di luar bulan puasa. Masalah lain yang tentu dihadapi orangtua setelah Ramadan adalah usaha untuk mencari uang untuk menutup hutang sebagai modal lebaran (beli baju, ongkos mudik, beli kue dsb). Tentu masalah ini hanya berlaku bagi masyarakat menengah ke bawah. Dan, lebih banyak masyarakat kelas bawah daripada kelas atas.

Masalah lain yang ditinggalkan Ramadan adalah, sebenarnya mana yang benar, ‘Ramadan’ atau ‘Ramadhan’? bahkan ada teman saya yang menulis ‘Ramadlan’? Kamus Besar Bahasa Indonesia menulis ‘ramadan’ tanpa fonem /h/, tapi masih banyak yang menulis ‘ramadhan’, baik di media, spanduk-spanduk juga pamflet- Mungkin masalah yang terakhir ini hanya akan menjadi masalah segelintir orang saja yang peduli terhadap bahasa.