Kedungpring bukan sembarang kedung
Kedungpring adalah salah satu desa yang ada di wilayah Balongpanggang. Nah, keberadaan desa tersebut ternyata mempunyai cerita tersendiri yang penuh heroik nan berkesan. Cerita desa yang terbagi atas 4 dusun tersebut (Kedungpring, Kedungrukun, Wates, dan Pilangrejo) sangat erat kaitannya dengan seorang ksatria tempo dulu bernama Suro Jenggolo. Apakah hubungan pendekar itu dengan Kedungpring? Simak informasinya berikut ini.
Semua berawal dari pelarian sang pendekar dari kejaran Belanda (karena merasa kalah orang) ke sebuah kedung yang disekitarnya ditumbuhi banyak wit pring (pohon bambu). Untuk menghilangkan jejaknya, Suro Jenggolo melemparkan topinya yang serupa dengan lumpang kêntêng tersebut ke tepi tebing dan beliau sendiri bersama dengan kuda putihnya melompat ke dalam kedung yang penuh air saat itu.
Berhari-hari Belanda mencari di TKP namun tidak berhasil menemukan sosok yang dicari. Kabar meninggalnya Suro Jenggolo pun tersiar. Untuk memberikan penghargaan kepada Suro Jenggolo atas keberaniannya melawan penjajah yaitu dengan menamai daerah kedung tersebut dengan nama Desa Kedungpring. Kedung dapat diartikan cekungan/kubangan yang terbentuk secara alami dari proses erosi air sedangkan pring berarti pohon bambu.
Versi lain, Suro Jenggolo diyakini sebagai yang mbabat alas di desa ini. Dialah Kepala desa pertama desa tersebut. Beliau juga pernah menjabat sebagai demang (setingkat Camat). Sang perintis ini (bersama muridnya, Yai Rahmat) mendirikan padepokan dengan sebutan soko guru. Artefak padepokan dan yoni berupa lumpang kêntêng serta makam Ki Suro Jenggolo masih ada di desa tersebut.
Info lain tentang Kedungpring, tanya saja siswa SMKN1Ce yang berasal dari desa tersebut. Pasti tahu kok. Sekian semoga bermanfaat. (sumber: Buku “Sang Gresik Bercerita”)