KARTU PANTUN SEBAGAI MEDIA UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 21 MALANG
SMP Negeri 21 Malang
SMP/ MTs KOTA MALANG
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan permainan kartu pantun
dapat meningkatkan prestasi belajar menyusun pantun siswa kelas VII SMP Negeri 21 Malang dan ada tidaknya
peningkatan prestasi belajar menyusun pantun setelah diterapkan permainan kartu
pantun pada siswa kelas VII SMP Negeri 21 Malang. Dengan menggunakan metode PTK
yang menggunakan subjek penelitian siswa kelas VII F yang termasuk kelas dengan
ragam siswa memiliki kemampuan yang rendah dibanding dengan kelas lainnya. Data
dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen yang berupa lembar
observasi dan lembar tes buatan guru untuk mengukur keberhasilan. Dalam
penelitian ini ditemukan bahwa media kartu pantun dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam menulis pantun sesuai dengan syarat-syarat pantun.
Kata kunci: kartu pantun, menulis pantun
Kemampuan menulis
merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat produktif
(Dimyati Zuchdi, 1996:62). Salah satu kompetensi
dasar menulis yang terdapat pada kurikulum adalah menulis pantun sesuai dengan
syarat-syarat pantun. Melalui pelajaran
tersebut dapat diketahui tentang kecermatan siswa dalam menyusun kalimat pantun
sesuai dengan syarat-syarat pantun.
Melalui pembelajaran ini siswa dilatih untuk menyusun pantun sesuai rima
yang ditentukan. Hal itu akan
mengembangkan daya imajinasi dan kreatifitas siswa dalam menyusun pantun secara
benar. Keterampilan menulis ini dapat
mendorong siswa untuk menghasilkan hasil karya sastra.
Karya sastra dapat
menolong siswa memahami dunia mereka, membentuk sikap-sikap positif dan
menyadari hubungan yang manusiawi. Guru
perlu memilih karya sastra bagi siswanya dengan kriteria sesuai kurikulum dan
memilih perkembangan yang memadai pada aspek-aspek intrinsik maupun ekstrinsik
pada karya sastra.
Karya sastra secara garis besar berupa
prosa, drama, dan puisi. Salah satu bentuk puisi adalah pantun. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pantun adalah bentuk puisi Indonesia
(Melayu), tiap bait (kuplet) biasanya terdiri atas empat baris yg bersajak (a-b-a-b),
tiap larik biasanya terdiri atas empat kata, baris pertama dan baris kedua
biasanya untuk tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan
isi. Pantun merupakan salah satu hasil karya
bangsa Indonesia sendiri yang berisi perumpamaan atau ibarat. Pantun dapat untuk menyatakan segala macam
perasaan atau curahan hati, baik menyatakan perasaan senang, sedih, cinta,
benci, jenaka, ataupun nasihat agama, adat dan sebagainya.Menurut isinya, pantun dikenal dengan pantun nasehat (pantun orang tua), pantun jenaka,
dan pantun teka-teki. (Hidayat,
2004:130).
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan mengenai
syarat-syarat pantun. Syarat-syarat menulis pantun sesuai dengan syarat-syarat
pantun tersebut adalah (1) tiap bait terdiri dari 4 baris, (2) tiap
baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata, (3) sajaknya merupakan sajak
berirama, berumus a-b-a-b atau bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi
akhir baris ketiga, dan bunyi akhir baris kedua sama dengan bunyi akhir baris
keempat, dan (4) kedua baris pertama merupakan sampiran, sedangkan isinya
terdapat pada kedua baris terakhir.
Strategi pembelajaran untuk menulis pantun
sesuai dengan syarat-syarat pantun yang selama ini diajarkan pada siswa SMP
Negeri 21 Malang pada umumnya dan siswa kelas VII pada khususnya masih
dirasakan kurang bervariasi. Selama ini
siswa hanya membuat berdasarkan buku atau lembar kerja siswa sehingga minat
siswa terhadap kompetensi dasar menulis ini menjadi kurang.
Untuk
meningkatkan kreativitas siswa khususnya pada karya sastra yang
berbentuk pantun, peneliti memberi
alternatif dengan metode permainan berupa permainan kartu
pantun. Dengan permainan kartu pantun
ini diharapkan suasana pembelajaran
menjadi lebih aktif dan menyenangkan. Metode pembelajaran yang selama ini dalam
bentuk ceramah membuat siswa selama proses belajar mengajar cenderung merasa
bosan sehingga kurang memberikan suasana yang menyenangkan.
Berdasarkan
penelitian yang dilakukan tujuan yang ingin diperoleh adalah (1) untuk
mendeskripsikan penerapan permainan kartu pantunyang dapat meningkatkan
prestasi belajar menyusun pantun siswa kelas VII SMP Negeri 21 Malang dan (2) untuk
mendeskripsikan ada tidaknya peningkatan prestasi belajar menyusun pantun setelah
diterapkan permainan kartu pantunpada siswa kelas VII SMP Negeri 21 Malang.
Media Pembelajaran Kartu Pantun
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat
merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar
untuk mencapai tujuan antara lain gambar, bagan, model, film, video, komputer,
dan sebagainya. (Ibrahim, 2000).
Sebelum membahas
tentang kartu pantun akan dijelakan mengenai arti dari permainan itu .
John mengatakan “permainan adalah suatu bentuk kegiatan dimana peserta yang
terlibat di dalamnya atua pemain-pemainnya bertindak sesuai aturan-aturan yang
ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan”. (1988:107).
Terkadang fungsi media permainan kartu pantun
untuk pemahaman atau pembinaan ketrampilan siswa tentang susunan pantun dan
cara menyusun pantun.
Dalam suatu permainan kartu pantun acak dibagi
pada setiap kelompok dan terjadi kompetisi yang menyenangkan. Terjadi
persaingan antar kelompok untuk cepat menyelesaikan tugasnya menyusun pantun
secara benar dan tepat.
Kartu pantun merupakan suatu media berupa kalimat
yang ditulis pada karton. Setiap kalimat
terdiri dari dua kalimat sampiran dan kartu pantun yang lain terdiri dari dua
dua kalimat isi. Adapun peralatan yang digunakan adalah kertas karton putih ukuran 2 cm x 10 cm yang
bertuliskan kalimat dan kertas manila lebar untuk menempel kartu pantun
Permainan kartu
pantun mempunyai beberapa aturan yang dapat disepakati bersama antara pemain,
yaitu :
a.
Kelas sejumlah 40 siswa dibagi menjadi 8
kelompok sehingga masing-masing kelompok terdiri 5 siswa. Dalam
satu kelompok tersebut mendapatkan peralatan sama yairu berupa 5 pantun atau 20 kalimat acak
b.
Selain
menyusun kalimat menjadi pantun yang benar, setiap kelompok harus mengetahui
jenis pantun apakah yang disusun tersebut.
c.
Kecepatan
menyusun ditentukan oleh siswa dan guru.
d.
Kelompok
dinyatakan menang apabila kriteria berupa ketepatan menyusun kalimat telah
benar, ketelitian mengelompokkan pantun berdasarkan jenisnya juga benar dan
kecepatan menyusun. Apabila kriteria
tersebut sudah didapat kemudian dijumlah
dan kelompokyang mendapat nilai tertinggi yang dinyatakan menang.
METODE
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi secara lengkap tentang
kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 21 Malang dalam menulis pantun sesuai
dengan syarat-syarat pantun. Untuk itu penelitian ini menggunakan desain
Penelitian Tindakan Kelas (class room
action research). Penelitian Tindakan Kelas yaitu suatu penelitian yang
dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai “aksi” atau tindakan yang dilakukan oleh
guru/pelaku, mulai dari perencanaan sampai dengan penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang
berupa kegiatan belajar-mengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan (Basuki, 2004).
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan
tes. Observasi ditunjukkan
kepada siswa digunakan untuk mengamati siswa selama proses belajar mengajar
berlangsung dengan menggunakan metode ceramah pada siklus I dan model
pembelajaran dengan metode permainan dengan media kartu pantun.Tes ditujukan
pada siswa digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam menerima pelajaran
yang disampaikan melalui ceramah, diskusi maupun dengan menggunakan permainan
kartu pantun. Bentuk soal berupa tes
subyektif buatan guru. Sedangkan wawancara ditujukan kepada siswa untuk mengetahui tanggapan
siswa tentang materi membuat pantun.
Untuk
mendapatkan data dalam penelitian ini maka diperlukan suatu instrument. Adapun
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan lembar tes buatan guru. Sesuai pendapat pendapat
Arikunto (2002) pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan yang
mungkin timbul dan akan diamati..
Untuk
keperluan tes, penelitian ini menggunakan instrumen panduan tes, instrumen tes
memuat sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk mendapatkan informasi dari
responden. Prosedur tesnya adalah peneliti memberikan tes kepada siswa sesudah
pembelajaran selesai. Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
menyusun pantun dengan menggunakan metode permainan dengan media kartu
permainan.
Analisis
data dilakukan dengan metode analisis deskriptif kualitatif yaitu analisis yang disajikan dalam bentuk kata-kata atau
kualitatif (Arikunto, 2003). Sedangkan menurut (Agung, 2004) analisis data
dilakukan dengan menyeleksi dan mengelompokkan data, memaparkan atau
mendiskripsikan data dalam bentuk narasi, tabel dan atau grafik, serta menyimpulkan dalam bentuk
pernyataan. Berdasarkan hasil analisis dilakukan refleksi, yaitu renungan, atau
mengingat kembali apa yang sudah berhasil dikerjakan, mengapa berhasil. Berdasarkan hasil refleksi, guru melakukan
perencanaan tindak lanjut, yang dapat berupa revisi dari rencana lama atau
baru.
Dalam menentukan
keberhasilan sebuah peneliatian perlu adanya tolak ukur. Tolak ukur
keberhasilan dalam penelitian ini berasal dari skor yang diperoleh siswa bisa
ditafsirkan tentang kriteria perorangan
dan kriteria klasikal.Seorang siswa
dikatakan berhasil (tuntas) jika telah mencapai taraf penguasaan minimum 75%,
siswa yang taraf penguasaan kurang dari 75 % diberikan perbaikan.Secara
klasikal dikatakan telah berhasil jika paling sedikit 75 % dari jumlah dalam
kelompok atau jumlah siswa dalam satu kelas telah mencapai ketentuan
perorangan.
HASIL PENELITIAN
Tahap Awal Penelitian
Tahap awal penelitian ini adalah peneliti
mengadakan studi pendahuluan dengan melakukan observasi dan pre tes terhadap
kelas VIIF. Pre tes dilakukan untuk
mengetahui kondisi siswa kelas VIIF.
Dari hasil observasi dan tes ditemukan
permasalahan berupa minat menulis khususnya membuat pantun pada siswa kelas
VIIF sangat rendah dan materi menulis pantun merupakan materi yang kurang
diminati dan terasa membosankan. Metode pembelajaran menulis yang selama ini
diajarkan rata-rata masih pada metode yang telah ada yaitu metode klasikal,
dengan pemberian tugas atau dengan metode diskusi. Oleh karena itu dari hasil yang ada saat ini
masih dirasakan pembelajaran bahasa kurang diminati oleh para siswa hal ini
tampak pada hasil pre tes siswa kelas VIIF hasilnya kurang memuaskan yaitu
rata-rata nilai adalah 59,67.
Berdasarkan
hasil pra tindakan diperoleh hasil bahwa nilai rata-rata adalah 59,67 maka perlu
diadakan penelitian tindakan kelas untuk
meningkatkan materi bahasa khususnya kemampuan menulis pantun sesuai dengan
syarat-syarat pantun pada siswa kelas VII SMP Negeri 21 Malang .
Tahap Pelaksanaan Siklus I
Gambaran umum tentang proses
pembelajaran dan situasi kelas
selama pembelajaran untuk pertemuan pertama
adalah sebagai berikut, pada kegiatan awal pendahuluan guru memberikan apersepsi mengenai pantun. Pada saat
memberikan materi tampak beberapa siswa antusias, akan tetapi terdapat siswa yang masih ramai
dan kurang antusias. Guru menjelaskan
dan menyampaikan materi dengan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan
metode permainan. Guru membentuk menjadi
delapan kelompok setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa.
Pada saat ini guru memperhatikan siswa
yang berkelompok menyusun pantun sesuai dengan pasangannya. Penyajian materi
pada siklus ini adalah guru memasang 4 kalimat di papan tulis dengan ukuran 7
cm x 100 cm. Setelah itu setiap kelompok wajib menyusun pantun di papan tulis dengan
menggunakan media kartu pantun. Dari hasil kegiatan ini siswa dapat mengetahui
ciri-ciri dan syarat-syarat pantun. Guru mengacak 4 kalimat, siswa dipancing
untuk menyusun sesuai dengan susunan yang benar guru memasang 4 kalimat secara
acak, guru menunjuk siswa untuk maju menyusun 4 baris kalimat pantun. Siswa menyimpulkan materi tentang isi pantun
dan ciri-ciri pantun. Dari hasil
kegiatan ini siswa dapat menyusun pantun sesuai dengan syarat-syarat pantun.
Pada kegiatan akhir guru bersama-sama
siswa menyimpulkan materi tentang isi pantun dan ciri-ciri pantun. Guru menutup
pelajaran dengan memberikan tugas pada tiap kelompok menyusun pantun dengan
benar.
Pada pertemuan kedua diperoleh gambaran
bahwa siswa lebih serius mengerjakan tugas untuk menulis pantun. Tampak
bermacam-macam prilaku siswa ketika mengikuti pelajaran. Siswa berdiskusi untuk
menyusun kartu pantun pantun sehingga menjadi benar. Siswa yang lebih dahulu menyusun secara benar
mendapat nilai yang bagus. Guru
menyediakan lembar kerja kelompok, dan tiap kelompok mengerjakan tugas dari guru dengan melihat
kartu pantun sampiran di papan tulis dan tiap kelompok mengisi lembar kerja
berupa pantun acak dan tiap kelompok memasangkannya. Pada kegiatan akhir sisiswa
menyimpulkan materi dengan me-nyimpulkan syarat-syarat pantun. Sebagai pos tes
guru memberikan tugas kepada siswa untuk membuat empat pantun sederhana.
Setelah
dilakukan observasi yaitu pengamatan selama proses belajar mengajar yang dilakukan di dalam kelas maka pada
penilaian proses kegiatan individu ini nilai keberhasilan dalam menyusun pantun
maka hasilnya dapat diperoleh sebagai berikut:
(1)
kriteria keselarasan rima yang yang mendapat
nilai baik yaitu antara 70-89 sebanyak 14siswa.
Untuk pantun dengan nilai antara 50-69 dengan keterangan cukup sebanyak 24
siswa. Sedangkan untuk pantun dengan nilai
kurang dari 49 dengan keterangan kurang sebanyak 4 orang siswa.
(2)
kriteria
menyelesaikan tugas siswa yang mendapat nilai antara 70-80 dengan keterangan
baik sebanyak 17 orang. Sedangkan untuk
nilai antara 50- 69 dengan keterangan cukup sebanyak 22 siswa. Sedangkan 3
siswa yang mendapat nilai kurang untuk kriteria intonasi yang baik.
(3) untuk kriteria keberanian sebanyak 13
siswa mendapat nilai antara 70 – 89 dengan keterangan baik. Untuk nilai antara 50 – 69 sebanyak 24 orang
siswa dengan keterangan cukup. Sedangkan siswa yang mendapat nilai kurang
sebanyak 5 orang siswa yaitu kurang dari 49.
Berdasarkan informasi di atas maka jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan
masih 13 orang atau 38 %, sedangkan siswa yang masih belum tuntas dan masih
memerlukan peningkatan sebanyak 21 orang
atau 62%.
Tahap Pelaksanaan Siklus II
Gambaran jalannya proses pembelajaran dan situasi
kelas selama proses pembelajaran berlangsung adalah pada kegiatan awal guru atau
apersepsi guru dengan bertanya jawab sehubungan dengan pantun. Guru kemudian
menyampaikan materi membuat pantun dengan membacakan salah satu pantun
jenaka. Pada kegiatan inti siswa
membentuk kelompok seperti pada siklus I. Guru memberi kartu kosong kepada
setiap kelompok. Setiap kelompok wajib
membuat pantun dalam kartu pantun. Setiap kelompok membuat bentuk-bentuk pantun
yaitu pantun nasehat pantun agama, pantun jenaka dan pantun teka teki. Antara
sampiran dan isi dipisahkan. Setelah kartu pantun jadi setiap hasil kartu
ditukar kepada kelompok lain dan kelompok lain wajib menyusun antara isi dan
sampiran. Setiap kelompok
mempresentasikan hasil susunan kartu pantun dan kelompok lain memperhatikan dan
mengecek hasil susunan tersebut.
Pada saat siswa sedang membuat kartu pantun
sendiri dalam kelompoknya, mereka bekerja dengan tekun dan serius. Pantun
dibuat dengan cara berpasangan dengan teman yang sebangkunya dan diperagakan di
depan kelas. Pasangan yang bagus dalam membacakan pantun akan mendapat poin.
Ketika memperagakan pembacaan pantun dengan
berpasang-pasangan, siswa lain yang tidak mendapatkan giliran menyimak teman
yang sedang membacakan pantun secara
berpasangan. Setiap pasangan dalam satu
bangku bergantian membacakan pantun. Penilaian secara individu, dan bagi
pasangan yang bagus membacakan pantunnya akan mendapat hadiah. Setelah siswa
membuat kartu pantun secara berkelompok, kemudian memperagakan secara
berpasangan suasana lebih hidup dalam proses belajar mengajar. Pada kegiatan
akhir guru memberi pos tes untuk melihat kemampuan siswa dalam membuat pantun.
Hasil
observasi pada siklus II dengan
skala proses didapat hasil untuk kriteria
keselarasan rima yang yang mendapat nilai cukup antara 50-69 sebanyak 2 siswa
dan yang mendapat nilai sangat baik antara 90-100 sebanyak 19, sedangkan untuk nilai antara antara 70-89 sebanyak 21
siswa. Sedangkan untuk kriteria
ketepatan jumlah suku kata siswa yang mendapat nilai antara 70-80 dengan
keterangan baik sebanyak 18 orang.
Sedangkan untuk nilai antara 50- 69 dengan keterangan cukup sebanyak 24
siswa. Pada kriteria kesesuaian isi dansampiran sebanyak 12 siswa mendapat
nilai antara 70 – 89 dengan keterangan baik.
Untuk nilai antara 50 – 69 sebanyak 30 orang siswa dengan keterangan cukup.
Berdasarkan data
yang d iperoleh dapat diketahui bahwa persentase keberhasilan kegiatan belajar
membuat pantun dengan kartu permainan cukup berhasil karena tidak ada kelompok
yang mendapat nilai kurang yaitu 40 (kategori D) lebih rendah dari persentase
keberhasilan yang ditentukan yaitu 50% atau kategori C (cukup).
PEMBAHASAN
Penerapaan permainan kartu pantun dapat
meningkatkan aktivitas siswa siswa tidak hanya dari segi kognitif saja akan
tetapi psikomotor juga digerakkan. Siswa lebih aktif karena proses belajar
mengajar terasa menyenangkan dan tidak membosankan karena berbentuk
permainan. Permainan kartu kalimat bisa
disajikan secara berulang-ulang karena
media ini selain mudah dibuat baik oleh siswa sendiri juga bisa digunakan dalam waktu cukup lama. Aspek psikomotor yang dimaksud juga lebih diaktifkan karena siswa bergerak dengan menggunakan kaki dan tangan untuk berjalan atau berlari
pada saat menuju papan tulis. Demikian juga dengan tangan bergerak untuk
menyusun pantun. Dengan penerapan aspek-aspek tersebut aktivitas siswa lebih
meningkat tidak hanya diam dan mendengarkan saja tetapi juga berjalan, berlari,
bergerak menyusun dan juga berbicara pada
saat berbalas pantun.
Hasil pengamatan dan observasi menunjukkan kreativitas
jalannya pembelajaran lebih berhasil dengan dibebaskannya anak-anak memilih
nama kelompok mereka sesuai dengan keinginan kelompok. Siswa diberi penghargaan dengan nama yang
cukup memberi kebanggaan. Demikian juga dengan hasil diskusi lebih kreatif dalam
mengemukakan pendapat dan sanggahan maupun tambahan materi. Anak-anak juga
berkreasi dengan membuat pantun anak-anak yang lucu dan jenaka. Berdasarkan hasil metode pengumpulan data dari
wawancara dapat diketahui bahwa kreativitas siswa benar-benar meningkat
karena dari hasil wawancara siswa banyak yang belum mengerti dan belum pernah
mengadakan permainan dengan permainan kartu pantun.
Peran guru dalam proses pembelajaran sebelumnya
masih dominan sebagai nara sumber. Guru masih merupakan faktor penentu dari materi pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dengan permainan
kartu pantun peran guru merupakan fasilitator. Tugas guru hanyalah mengamati
atau mengobservasi, menilai dan menunjukkan hal-hal yang perlu dilakukan siswa
(Punadji, 2004:5). Guru memberi arahan dan bimbingan sedangkan siswa lebih berperan aktif . Penggunaan media seperti dalam teori sangat membantu dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran kartu pantun sangat
membantu dalam proses komunikasi, hal ini sesuai dengan media adalah sebagai
pembawa informasi dari sumber (guru) ke penerima (siswa). Kartu pantun atau
pantun ini sangat membantu guru dalam memberikan pemahaman dan pengertian
tentang jenis dan macam pantun. Oleh
karena itu peran guru sebagai fasilitator dan mediator sedangkan siswa menemukan
sendiri pemahaman tentang pantun dengan
cara penerapan permainan kartu pantun atau pantun.
Suasana kelas dalam proses pembelajaran dengan
metode permainan kartu pantun lebih
berhasil daripada dengan menggunakan metode klasikal. Siswa yang kurang, akan berani untuk
menyatakan pendapat dengan mengacungkan tangan.
Sedangkan siswa yang pintar akan memberikan dorongan kepada temannya
yang kurang. Suasana pembelajaran menyenangkan tampak dari wajah-wajah siswa
yang bersemangat dalam permainan kartu pantun ini. Komunikasi siswa tidak
terasa kaku karena setiap siswa berani membuat dan berkreasi membuat
pantun. Siswa tampak menikmati jalannya pembelajaran dengan metode permainan
kartu kalikmat. Suasana kelas lebih
hidup, menyenangkan dan siswa lebih menikmati jalannya pelajaran. Hal ini diketahui bahwa hasil observasi yang ditunjukkan kepada
siswa digunakan untuk mengamati siswa selama proses belajar mengajar
berlangsung dengan menggunakan metode ceramah pada siklus I dan model
pembelajaran dengan metode permainan dengan media kartu pantun.
Analisis prestasi belajar menyusun pantun
dapat meningkatkan prestasi belajar menyusun pantun pada siswa
kelas VII SMP Negeri 21 Malang setelah diterapkan permainan kartu pantun prestasi
belajarnya cukup bagus hal ini terlihat dari hasil pengumpulan data yaitu
berupa tes yang ditujukan pada siswa untuk mengukur keberhasilan siswa dalam
menerima pelajaran yang disampaikan baik melalui ceramah pada pra tindakan
maupun dengan menggunakan permainan kartu pantun pada saat tindakan. Bentuk soal berupa tes subyektif buatan
guru. Hasil dari penelitian berupa tes
terbagi menjadi nilai prestasi secara kelompok maupun secara individu. Pada siklus I secara kelompok masih terdapat nilai yang kurang yaitu satu
kelompok, sedangkan pada siklus II
meningkat karena tidak ada
kelompok yang mendapat nilai kurang dari D.
Pada nilai prestasi secara individu untuk untuk pra tindakan adalah nilai
rata-rata 48.7 meningkat pada siklus I
nilai rata-rata menjadi 62.2 dan pada saat siklus II nilai rata-rata
78.3. Nilai siklus I nilai ketuntasan
masih sangat kecil yaitu 33,33% kemudian pada siklus II meningkat menjadi 83,33%,
sehingga terjadi peningkatan sebesar 50 %.
Untuk hipotesis yang menyatakan prestasi belajar
mata pelajaran Bahasa Indonesia kompetensi dasar menulis pantun pada siswa kelas VII SMP Negeri 21 Malang dapat
meningkat dengan menggunakan permainan kartu pantun dapat diterima.
Berdasarkan
hasil tindakan maka hipotesis tindakan pada penelitian ini prestasi belajar mata
pelajaran Bahasa Indonesia kompetensi dasar menulis pantun sesuai dengan
syarat-syarat pantun pada siswa kelas VII SMP Negeri 21 Malangdapat meningkat
dengan menggunakan permainan kartu pantun dapat diterima karena terjadi
peningkatan ketuntasan baik secara perseorangan maupun secara klasikal.
SIMPULAN
Berdasarkan
hasil tindakan maka hipotesis tindakan pada penelitian ini prestasi belajar mata pelajaran
Bahasa Indonesia kompetensi dasar menulis pantun pada siswa kelas VII SMP Negeri 21 Malang.dapat
meningkat dengan menggunakan permainan kartu pantun dapat diterima. Hal ini terbukti telah terjadi peningkatan
pada siklus I dengan nilai rata-rata 64,07 dan meningkat pada siklus II
rata-rata nilai 78,98 dan telah memenuhi kriteria ketuntasan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dikemukakan maupun dari tujuan penelitian untuk memperoleh deskripsi tentang
kemampuan menyusun pantun dengan permainan kartu pantun siswa kelas VII SMP
Negeri 21 Malang dapat disimpulkan bahwa penerapan permainan kartu pantun dapat meningkatkan prestasi belajar menyusun
pantun siswa kelas VII SMP Negeri 21 Malang.
Dampak penggunaan permainan kartu pantun untuk
menyusun pantun dilihat dari aktivitas, kreativitas, peran guru dan suasana
pembelajaran siswa kelas VII SMP Negeri 21 Malang, aktivitas semakin meningkat
siswa lebih aktif. Dalam proses pembelajaran dengan permainan kartu pantun
peran guru merupakan fasilitator. Suasana kelas selama proses pembelajaran
lebih menyenangkan, lebih hidup, dan siswa lebih menikmati jalannya pelajaran.
Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa terdapat
peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan permainan kartu pantun dapat
meningkatkan prestasi belajar Bahasa Indonesia pokok bahasan
membuat pantun siswa kelas VII SMP Negeri 21 Malangsudah terbukti. Terdapat peningkatan prestasi belajar
menyusun pantun pada siswa kelas VII SMP Negeri 21 Malang setelah diterapkan
permainan kartu pantun pada pra tindakan nilai rata-rata adalah 59,67 meningkat pada
siklus I menjadi 64,07 dan meningkat
lagi pada siklus II menjadi 78,98.
Berdasarkan hasil kesimpuan di atas, maka ada
beberapa saran yang perlu dikemukakan antara lain: (1) bagi guru, dalam proses
belajar mengajar hendaknya guru meningkatkan teknik pengajaran bahasa Indonesia
terutama pada materi pantun, (2) bagi sekolah khususnya SMP Negeri 21 Malang,
penelitian ini semoga menjadi sumbangan pemikiran dalam rangka pembinaan
keterampilan berbahasa Indonesia di sekolah, dan (3) bagi penelitian berikutnya,
agar lebih bisa mengembangkan metode pembelajaran yang lebih kreatif untuk
penelitian lain khususnya mata pelajaran bahasa Indonesia maupun mata pelajaran
lainnya.
DAFTAR RUJUKAN
Agung,
Yudha Anggana. 2004.Penelitian Tindakan Kelas. Bintek Pembelajaran Inovatif, Dinas
Pendidikan Propinsi IV, Depdikbud Propinsi Jawa Timur.
Arikunto,
Suharsimi. 2002.Prosedur Penelitian.,
Edisi Revisi V. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta
Hidayat,
Syamsul. 2004. Bunga Rampai Peribahasa dan Pantun.Penerbit Apollo, Surabaya
Ibrahim dkk,
2001 Media Pembelajaran , Malang: Departemen Pendidikan Nasional,
Universitas Negeri Malang, FIP.
Latuheru,
John. 1988. Media Pembelajaran dalam
Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta: Depdikbud-Dikjen Dikti.
Universitas
Negeri Malang, 2003, Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah, Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah,
Laporan Penelitian, BAAPSI, Universitas Negeri Malang.
Wibawa,
Basuki, 2004, Penelitian Tindakan Kelas,
Departemen Pendidikan Nasional.
Zuhdi,
Dimyati, 1996, Media dan Metode Pembelajaran Bahasa, IKIP Malang