Sebagai kota yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, Gresik juga mempunyai beragam tradisi yang unik bahkan berbeda dengan daerah lain. Tentunya saja kegiatan tersebut bersifat ke-Islam-an namun berbau Jawa. Maklum saja, Gresik masyoritas penduduknya beragama Islam namun lekat dengan aneka tradisi Jawa karena dulu berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit.
Dari seabrek tradisi yang ada di kota kita tercinta ini, kami akan sajikan beberapa yang unik dan bernilai historis. Sengaja kami tidak membahas tradisi yang sudah populer semisal Rabu Pungkasan di Suci, Pasar Bandeng, Malam Selawe di Giri, atau yang lain karena sudah banyak diulas diberbagai media. Berikut diantaranya tradisi unik yang perlu Anda tahu sebagai warga Gresik.
· Slametan Sindujoyoan
Tradisi unik ini diadakan sebelum prosesi akad nikah pengantin yang digelar di Desa Manyar Kec Manyar atau di desa-desa lain yang masih keturunan Buyut Kroman, Kyai Sindujoyo. Tradisi ini sudah ada sejak zaman sang ulama tersebut. Acara ini biasanya diadakan pada malam hari. Dulu - sekarang hanya sedikit – acara tersebut diawali dengan dinyanyikannya tembang macapat yang menceritakan perjalanan hidup Kyai Sindujoyo. Tembang tersebut menggunakan bahasa Jawa kuno. Baru setelah itu dilanjutkan dengan tahlil dan diakhiri dengan doa. Sayangnya, kini hampir tidak ada kidungan tembang macapat tersebut melainkan langsung dimulai kirim fatehah, sholawat, tahlil dan doa.
Tradisi ini awalnya merupakan bentuk syukur sang Kyai didatangi lima tamu istimewa yakni Ki Gede Mengare, Ki Gede Bungah, Ki Ngalangan, Ki Gede Bedanten, dan Ki Sindupati.
· Kemanten Jadur
Masih dari daerah pesisir Gresik tepatnya di Desa Lumpur Gresik, ada tradisi unik yang berkaitan dengan pernikahan. Kemanten Jadur namanya. Sebelumnya, tradisi ini bernama Kemanten Tu’nong yang sarat dengan ritual Hindu-Jawa. Sebagai bentuk pendekatan, Mbah Sindujoyo – penyebar agama Islam di daerah tersebut – mengisi tradisi tersebut dengan simbol-simbol ajaran Islam dan mengubah namanya. Kemanten Tu’nong diiringi gamelan yang berbunyi tuknong-tuknong, sedangkan Kemanten Jadur diiringi rebana yang berbunyi jedur-jedur.
Prosesi ini terdiri dari arak-arakan, temu manten, dan Sungkem. Dalam arak-arakan terdapat kesenian Pencak Macan dengan iringan lampu karbit beragam bentuk seperti segitiga, bintang sabit, kotak, atau lingkaran. Pengantin juga menggunakan payung dengan hiasan lampu karbit/kelap-kelip. Selama arak-arakan ada nyanyian sholawat dengan iringan musik rebana.
· Lebaran kedua
Pada umumnya, perayaan lebaran pada 1 Syawal di beberapa daerah sangat meriah. Hal tersebut juga yang melatarbelakangi tradisi mudik di nusantara. Namun, ada tradisi unik bernuansa religius di desa Pekauman Gresik. Justru pada momen tersebut masyarakat di desa itu merayakannya dengan “sederhana”. Hal tersebut karena keesokan harinya (2 Syawal) sampai tanggal tujuh, (umumnya) warga masih berpuasa lagi (puasa sunnah). Akhirnya pada 8 Syawal, setelah berbuka puasa, mereka merayakan lebaran kedua yang biasa disebut dengan riyoyo kupatan. Pada saat itu, hampir di tiap rumah disuguhkan hidangan khas yakni kupat dan lepet. Selain dua menu tersebut, biasanya juga dipadupadankan dengan sambal goreng, gulai atau opor. Pada momen tersebut, acara silaturahmi juga diadakan. Bisa diartikan, justru pada riyoyo kupatan acara lebaran di Desa Pekauman tampak ramai dan lebih meriah. (sumber: Buku Sang Gresik Bercerita dan sumber lain dengan perubahan)