12 June 2016

Terjebak (1)

Sudah sudah,
jangan sesali datangnya hujan yang terlanjur bermukim
biarkan saja ia berderai membawa kepingan sesal di satu waktu
biarkan saja ia menggenang

Kadang, aku teramat pongah betapa diri ini kuat
menyombongkan diri tak goyah dihantam badai suasana
menafikan arti kedip dan kata layaknya celoteh belaka
membiarkan bias kecil padahal diri teramat kerdil
berlindung pada sayap kalimat:
untung saya lebih muda
untung saya sudah bertameng
untung kita jauh.

Sudah sudah,
biarkan diri larut dalam bejana cerita nyata namun tak nyata
bermandi dengan puji, kerling, dan senyum
mengakrabi musim di suatu malam dimana kalimat penuh hikmat mengalir bersama
meski ada tameng kokoh berlabel kita itu...!!!!

Ah, dari mana harus ku mulai sebuah kisah
manakala ide tumpul tertabrak bilik kagum
yang berkembang pada musim subur,
menyatu dengan awan lalu membentuk hujan setiap akhir malam

Kadang, bahkan sering, kita itu kecil dan kerdil,
menyalahkan baris waktu yang menyita hati
lalu menyalahkan diri sendiri.

Padahal, ada tangan takdir istimewa yang bermuara.
setiap kisah dibangun oleh Kuasa,
kita yang menjalani dan berusaha untuk tetap bisa menikmatinya,
sepahit apapun rasanya.

Related Posts

  • Terjebak (1)Sudah sudah,jangan sesali datangnya hujan yang terlanjur bermukimbiarkan saja ia berderai membawa kepingan sesal di satu… Read More
  • Bagaimana????bagaimana jika sebuah kapal berlayar tanpa nakhoda? yang ada ialah semua ABK berbondong-bondong jadi pemimpin. paling ti… Read More
  • Terjebak (2)Bagaimana bisa ku acuhkan harumnyaKetika seisi ruang dipenuhi semerbak wanginyaMenyebar bersama angin hingga luruh segal… Read More
  • Bagaimana harusnya aku (1)Bagaimana harus ku semai warna pelangiketika hujan terus saja datang menyeringaimengubah terik jadi panik, mengubah cera… Read More
  • Jejak SeparuhAku selimuti malam separuhPetik nada di antara syi'irPetik jelaga di batas rentaAda dawai seirama hati yang terbentuk be… Read More