Sego Kurang di Desa Guranganyar
Ada sebuah desa dengan nama yang sederhana namun berkesan. Namanya Desa GURANGANYAR. Desa ini masuk dalam wilayah Kecamatan Cerme. Desa ini berbatasan dengan Desa Morowudi, Dampaan, Dungus, Betiting, dan Ngabetan.
Pada zaman dahulu, ada sebuah pemukiman yang berpenduduk banyak, hidup rukun, dan mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani. Pada suatu hari datang sebuah bencana yang menghancurkan desa tersebut. Keributan terdengar di mana-mana, semua orang berusaha menyelamatkan dirinya masing-masing. Tapi apa hendak dikata semua terjadi begitu tiba-tiba dan terlalu cepat. Guntur (nama bencana loh bukan nama orang/ semacam makanan) datang dan menghancurkan semua yang ada. Pepohonan yang ada tumbang semua. Rumah, hewan, bahkan manusia tergulung oleh tanah dan angin (kata narasumbernya sih gitu, mirip Tsunami kecil lah).
Dari peristiwa tersebut yang berhasil selamat hanya 4 orang. Mereka akhirnya pergi dan mencari tempat tinggal lain. Mereka tinggal di sebuah desa yang letaknya tidak jauh dari tempat tinggal mereka sebelumnya. Setelah mereka menikah mereka kembali ke desa tersebut dan menjadi sebuah keluarga. Penduduknya pun bertambah dan menjadikan desa ini ramai. Tapi hanya ada satu warung yang tersedia desa ini dahulunya dilanda bencana yang cukup dahsyat. Setiap ada orang yang beli makanan pasti nasinya kurang. Bahkan, meskipun porsi masakan (nasi) sudah ditambah tetap saja kekurangan nasi (aneh juga ya? Siapa yang makan? Jangan-jangan!).
Karena hal tersebut daerah yang baru ditempati itu dinamakan desa GURANG dari kata sego kurang. Nah sudah tau kan???ternyata begitu berat kehidupan orang-orang dahulu. Meskipun cara penyampaiannya gak terlalu menarik dan terkesan mbulet tapi moga teman-teman dapat memaklumi karena cerita ini dari mulut ke mulut jadi agak semrawut.
Penyebutan GurangAnyar sendiri berkaitan dengan adanya beberapa dusun berlabel Gurang di desa tersebut misalnya Dusun Gurang Wetan dan Gurangkulon.