Dungus Berawal dari Ndungo
Dulu ada sebuah desa yang tidak diketahui namanya, penduduknya masih belum memeluk agama Islam. Setiap hari mereka tidak pernah lupa untuk mengirim sesajen ke tempat yang mereka anggap suci, yakni sungai yang ada di sekitar gunung kecil di desa tersebut. Tempat tersebut menjadi tonggak keselamatan di desa itu. Jika tidak ada sesajen bisa meletus tuh gunung dan pasti membahayakan keselamatan para penduduk (katanya sih gitu). Suasana mistis dengan mempercayai hal-hal seperti itu sangat melekat dengan ditandai keadaan malam yang sunyi, sepi, gelap dan hanya ada lilin + sesajen di desa tersebut.
Oh iya, sebelum kalian masuk desa di kecamatan cerme bagian barat ini yang tepatnya, kalian akan melewati dusun Bogomiring dulu. Lha kalo ini namanya diambil dari peristiwa gunung kecil yang meletus karena marah tidak diberi makan sesajen. Saat meletus mengenai seorang nenek tua penunggu gunung itu sendiri hingga mati dengan keadaan bokongnya miring. Karena itulah dusun tersebut dinamai Bogomiring.
Ada satu dusun lagi pada desa dungus ini namanya dusun "Kendal". kalau yang ini namanya diambil dari sifat para penduduk yang pemberani, kendel dalam bahasa jawanya. Karena jasa dan kebaikannya, lelaki penunggang kuda yang berhasil memberi dampak positif pada warga dikenal sebagai sesepuh di desa dungus. Makam beliau ada di tengah-tengah sawah, sering juga didatangi oleh penduduk setempat.
Kini, desa Dungus sudah berkembang pesat. Di desa ini jumlah penduduknya terus bertambah seiring dengan dibukanya perumahan semisal Perum Queen Residence dan Perum Patra Raya.